Sabtu, 29 November 2008

Kerasnya Jalanan Ibu Kota


Pagi ini cuaca tampak cerah walaupun musim penghujan, bahkan pukul 7.30 sudah terasa menyengat. Aku berangkat dari rumah kontrakan pukul 7.35 menyusuri jalanan yang semrawut dari Bekasi Barat menuju Manggarai. Pikirku lumayan senang hari ini karena sudah tanggal 28, hehehe..

Seperti biasanya aku berkendara dengan santai karena motorku memang tidak bisa cepet (motor tua cc kecil). Aku berhenti sebentar di ATM BNI di daerah Buaran karena di dompetku hanya tersisa empat ribu rupiah, pikirku untuk jaga-jaga kalau terjadi ban bocor dan sebagainya. Tidak lama hanya sekitar 5 menit aku sudah keluar dari ATM dan melanjutkan perjalanan. Aku berjalan dan terus berjalan hingga melewati lampu merah pertigaan jalan (nggak tau jalan apa), sejenak kemudian lampu hijau, dan aku mulai menarik gas perlahan. Aku ambil jalur sebelah kiri karena aku akan menuju jalan I Gusti Ngurah Rai, karena jalanan agak padat aku berjalan cukup pelan. Tiba-tiba terdengar suara "brakk" tepat di samping kananku 3 sepeda motor tabrakan beruntun. Memang tidak terlalu kencang, karena aku pikir bukan masalah maka aku melanjutkan perjalanan, sejurus kemudian seorang wanita berkerudung yang terlibat dalam insiden tadi ( berada pada posisi belkang saat kejadian ) mendahului motorku, namun dalam hitungan detik ada seorang laki-laki menyejajarkan motornya dengan wanita tadi lalu mendorong dorong wanita tersebut dengan berteriak teriak. Kontan saja hal tersebut menarik perhatian pengendara yang melintas, salah satunya seorang laki-laki yang berada di belakang wanita tadi. Laki-laki tersebut seketika bereaksi menghardik pengendara yang mendorong wanita tadi. Sepertinya laki-laki yang mendorong wanita tadi tidak terima disalahkan karena posisinya berada di tengah sehingga dia emosi dan tidak perduli apakah yang didorongnya adalah seorang wanita yang seandainya jatuh akan berakibat fatal karena saat itu kendaraan dalam kondisi melaju. Perlahan aku hampiri laki-laki tersebut, tidak berniat membela siapapun (walaupun dalam hati mengumpat) aku menyuruh laki-laki tersebut segera jalan sebelum memicu reaksi orang yang lebih banyak. Tentu saja seandainya terjadi keributan dalam kondisi ini masa akan lebih membela wanita, karena perlakuan kasar terhadap wanita memang tidak bisa dibenarkan. Beberapa saat kemudian laki laki tersebut segera melaju, aku perhatikan dia sampai lenyap di turunan jembatan ke arah Pulo Gadung kemudian aku tersadar plat nomornya berwarna merah. Aku berfikir sejenak, apakah motornya itu baru digunakannya kemarin sehingga dia takut atau bagaimana, ah sudahlah.... Kemudian aku lanjutkan perjalanan dalam hati aku berkata untuk apa aku memikirkannya, seandainya yang diperlakukan seperti itu adalah saudaraku tentu aku akan menghajarnya. Mungkin aku hanya terlalu emosi.

Dari pengalamanku di atas tentu dapat dibayangkan kerasnya jalanan ibu kota seperti apa. Bersama panasnya mesin dan cuaca, emosi pun menjadi panas, tak lagi menggunakan nurani. Aku yakin laki-laki tadi pasti akan menyesal setelah dia sadar apa yang dilakukannya dapat menimpa ibunya, kakak perempuannya dan adik perempuannya.
Demikian yang dapat aku tulis pagi ini, semoga dapat dipetik pelajaran bahwa kita harus selalu waspada dan tetap santun di jalanan, sehingga hal-hal yang dapat memicu emosi orang lain dapat terhindarkan.

Dan jangan lupa sebelum berangkat berdo'a memohon keselamatan, karena sesuatu tidak akan terjadi tanpa seijinNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar