Sabtu, 06 Juni 2009

Malaysia Menghujat Indonesia


Kasus Ambalat memanas lagi. Warga kedua negara juga nggak mau ketinggalan. Saling serang kata-kata dan menghina pun dilakukan di dunia maya, salah satu hujatan orang Malaysia dicurahkan di BLOG INI. Bahkan dalam blog ini penulis melakukan analisa kekuatan Militer kedua negara menanggapi aksi "Ganyang Malingsia". Ditambah dengan adanya kasus Manohara dengan Pangeran Kelantan, ibarat bumbu rasanya semakin komplit.


Di blok Ambalat kapal-kapal perang Malaysia melakukan provokasi terhadap TNI Al dengan cara melintasi perbatasan. Rakyat Indonesia pun merasa geram dengan perlakuan negara tetangga ini, yang katanya bangsa "serumpun". Walaupun terjadi gejolak di masyarakat, namun sepertinya di jajaran pemerintah masih terkesan adem. Pemerintah masih berupaya melakukan dialog dengan pemerintah Malaysia.
Sebenarnya reaksi Masyarakat Indonesia saat ini adalah seperti "trauma" akan kasus Sipadan dan Ligitan yang akhirnya menjadi milik Malaysia. Para pengamat mengatakan bahwa diplomasi Internasional Indonesia saat ini masih lemah.
baca selanjutnya ..

Kamis, 04 Juni 2009

Hati-hati Makan Kerupuk




Ada beberapa jenis kerupuk nich yang diduga mengandung bahan-bahan berbahaya. Bagi yang suka makan ketupat sayur kan ada kerupuknya tuch "yang warna-warni", hati-hati.

Dari Detik.com
Dinas Kesehatan Kota Depok mengambil sampel tiga jenis kerupuk yang diduga mengandung bahan kimia berbahaya di pasar swalayan dan pasar tradisional.

Ketiga jenis kerupuk tersebut adalah kerupuk merah atau kerupuk Padang (yang biasa dipakai pedagang lontong sayur), kerupuk gendar, dan kerupuk kembang.

Kepala Seksi Makanan dan Minuman Dinas Kesehatan Kota Depok, Yulia Oktaviani mengatakan, ketiga jenis kerupuk tersebut diduga mengandung bahan berbahaya seperti Methanil dan Rodhamin atau pewarna tekstil.
baca selanjutnya ..

Rabu, 03 Juni 2009

Kisahku dan Sepeda Jengki





Tahun 1999, adalah tahun pertama dimana aku baru masuk bangku SMU. Hari itu adalah hari dimulainya pendaftaran sekolah. Dari sebuah pedukuhan kecil tak jauh dari hutan, aku mulai mengayuh sepeda Jengki warna biru menuju kota. Aku tidak pernah punya bayangan seperti apa SMU di kotaku waktu itu, selain bayangan yang aku lihat di televisi. Menyusuri jalanan pedesaan yang tidak terlalu ramai sepedaku terus berjalan. Hingga sampailah aka di depan sebuah SMU yaitu SMU 1, aku hanya mengamati dari jalan raya, memang sudah tampak ramai. Kemudian aku lanjutkan ke STM, SMU 2 dan SMU 3, aku berbolak-balik sampai beberapa kali. Kemudian aku berhenti di tepi jalan di bawah sebatang pohon, aku memikirkan apa yang sudah aku lihat. Terus terang saja aku adalah orang yang suka merasa rendah diri bukan rendah hati. Melihat mobil dan sepeda motor yang banyak terparkir di halaman SMU 1 dan SMU 2 aku menjadi ciut. Aku merasa apa aku pantas dan bisa bergabung dengan mereka. Padahal nilaiku waktu itu cukup bagus, angka kelulusan tertinggi dari SMP ku, cukup leluasa untuk masuk SMU favorit. Tapi lagi-lagi memang mentalku yang buruk, akhirnya aku teringat seorang teman yang ada di SNU 3. Aku memutuskan untuk masuk dan melihat informasi di sana, akhirnya aku pustuskan untuk mendaftar. Kepala sekolah bertanya apakah aku yakin masuk di situ dengan nilai yang cukup lumayan, aku jawab yakin. Dan akhirnya jadilah aku siswa di sekolah itu.

Hari-hariku tidak mudah dilalui, namun aku ingin membanggakan keluargaku. Sejujurnya aku bisa mendaftar di sekolah itu dengan uang sisa beasiswa dari SMP. Orang tuaku waktu itu tidak punya uang karena terlalu banyak kebutuhan untuk biaya keempat orang adikku yang juga masih sekolah. Aku cuma bertekad untuk sekolah SMU, dalam hatiku cuma ada kemauan itu. Aku tidak tahu mau jadi apa aku nanti, yang penting aku mau sekolah. Kami hanya hidup dari bertani, mencangkul, membajak sawah lalu menanaminya, sejujurnya itu adalah pekerjaan yang berat dan sangat tergantung alam. Aku merasakan betapa sulitnya menjadi petani dan waktu itu aku berfikir tentang profesi lain yang lebih baik dari bertani. Satu-satunya jalan adalah melalui pendidikan. Walaupun demikian bertani menurutku adalah tetap pekerjaan yang cukup mulia.

Sepeda onthelku adalah temanku melalui jalanan belasan kilo menuju sekolah. Banyak suka dan duka yang kami lalui bersama, disaat hujan dan disaat terik. Waktu itu aku sangat ingin memiliki sepeda motor seperti teman-temanku yang lain, bahkan aku memikirkannya setiap hari. Tapi semua yang telah aku lalui baru terasa sekarang, aku merasa senang bisa melewati waktu-waktu sulitku bersama sepedaku itu. Sepeda itu yang telah mengantarkan aku menjadi anak yang lebih berarti bagi kedua orang tuaku. Sepeda itu juga yang menjadi kontrol kehidupan sekolahku, karena aku harus berfikir berkali-kali untuk keluyuran dsb. Bersambung...

baca selanjutnya ..

Rossi Dipencundangi di Kandangnya


Valentino Rossi hanya berhasil merengkuh podium 3 stelah bersusah payah melakukan balapan di Mugello pekan kemarin. Cuaca balapan sama seperti di Le Mans, peralihan dari basah ke kering.
Mula-mula Rossi sempat memimpin balapan, yang kemudian disusul oleh Marco Melandri yang melesat dari start ke 14. Balapan berlangsung cukup ketat dan terjadi susul menyusul beberapa kali.

Setelah sebagian pembalap mengganti motornya dengan ban slick, akhirnya Rossi dan Melandri pun masuk pit bersama sama untuk mengganti motor. Namun naas, Rossi banyak kehilangnan waktu karena terlalu berhati hati menunggu ban panas. Sedangkan pembalap lain yang sudah ganti ban duluan dapat melesat dan melewati Rossi dengan mudah.
Setelah berjuang dengan keras, Rossi dapat menembus posisi 3, namun balapan hanya menyisakan kurang lebih 2 lap sehingga Rossi tidak mampu mencuri tempat kedua yang diisi Lorenzo.
Stoner yang memimpin di depan tak terkejar hingga lap terakhir selesai dan menjadi juara 1 di "Kandang" Rossi, diikuti Lorenzo di tempat kedua dan Valentino Rossi di tempat ke 3. Lagi-lagi Rossi gagal. Namun Rossi punya alasan atas kegagalannya ini, yaitu lebih arena cuaca, seperti yang diwartakannya di berbagai media. Apakah benar?
Mari menunggu balapan selanjutnya.
baca selanjutnya ..

Selasa, 02 Juni 2009

Sejarah Hukum Perdata

Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu Code Napoleon yang disusun berdasarkan hukum Romawi Corpus Juris Civilis yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut Code Civil (hukum perdata) dan Code de Commerce (hukum dagang). Sewaktu Perancis menguasai Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri Belanda yang masih dipergunakan terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis (1813)

Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh MR.J.M. KEMPER disebut ONTWERP KEMPER namun sayangnya KEMPER meninggal dunia [1824] sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh NICOLAI yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia. Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :

1. Burgerlijk Wetboek yang disingkat BW [atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata-Belanda.
2. Wetboek van Koophandel disingkat WvK [atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang]

Kodifikasi ini menurut Prof Mr J, Van Kan BW adalah merupakan terjemahan dari Code Civil hasil jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda
baca selanjutnya ..